Jumat, 08 November 2013

KEBUTUHAN GIZI DAN KECUKUPAN GIZI


Kebutuhan Gizi (requirement)
       Banyaknya energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk  mempertahankan hidupnya serta melakukan berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
      Secara garis besar yang dimaksud dengan kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang untuk hidup sehat.

Kecukupan Gizi (recommended)
        Jumlah energi dan zat gizi yang hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencegah terjadinya defisiensi energi.
Secara garis besar yang dimaksud dengan kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang agar hampir semua orang (97,5% populasi) dapat hidup sehat

Angka Kebutuhan Gizi:
  1. Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar individu tersebut dapat hidup sehat dan produktif.
  2. Sudut pandang yang digunakan adalah individu
  3. Biasanya digunakan pada saat akan menentukan kandungan gizi dari suatu menu yang akan direkomendasikan pada orang tertentu.
  4. Nilainya cenderung lebih tinggi dari pada Angka Kecukupan Gizi (AKG)
  5. Untuk menentukan angka kecukupan gizi maka harus menggunakan tabel AKG berdasarkan WNPG 2004


Angka Kecukupan Gizi:
  1. Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh individu dalam satu populasi agar seluruh populasi dapat hidup sehat.
  2. Sudut pandang yang digunakan adalah populasi
  3. Biasanya digunakan untuk mengoreksi kandungan gizi dari suatu menu dengan kebutuhan setiap individu.
  4. Untuk menentukan angka kebutuhan gizi harus dilakukan dengan cara rinci
A. Kebutuhan Gizi (requirement)
Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk mempertahankan hidup, melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang pertumbuhan, melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan tubuh, basal metabolisme, pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan eksresi. Angka Kebutuhan Gizi dipengaruhi oleh variasi kebutuhan tinggi atau rendah, antara lain faktor genetika, sementara itu dalam AKG sudah memperhitungkan variasi kebutuhan individu dan cadangan zat gizi dalam tubuh.


Perbedaan AKG tahun 1998 dengan AKG 2004

Beberapa alasan kenapa AKG khususnya angka kecukupan energi dan protein harus disempurnakan adalah 1) basisi perhitungan AKE 1998 bagi orang dewasa overestimate bagi populasi Asia Tenggara, 2) perubahan selang dalam pengelompokan umur, dan 3) perubahan berat badan rujukan AKG pada kelompok usia tertentu. AKE diperoleh dari kebutuhan energi sedangkan AKP diperoleh dari kebutuhan protein ditambah 2x koefisien variasi dan koreksi dengan mutu protein makanan kecuali bagi bayi 0-6 bulan.

Dasar perhitungan AKG tahun 2004 dilakukan dengan cara:
1.    Menetapkan berat badan patokan untuk berbagai golongan penduduk. Data diperoleh dari hasil pengumpulan data berat badan rata-rata orang sehat menurut kelompok umur dan gender di Indonesia oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada beberapa kelompok dengan keadaan gizi optimal dan aktivitas sedang.
2.    Menggunakan rujukan WHO/FAO (2002), Institute of Medicine-Food and Nutrition Board (IOM-FNB) Amerika Serikat 1992-2002, dan International Life Science Institute of South East Asia (ILSI-SEA), 2002. AKG untuk energi dan protein disesuaikan dengan ukuran berat dan tinggi badan rata-rata penduduk sehat di Indonesia (Hardinsyah dan Victor tambunan 2004 dalam Almatsier 2009).

AKG yang ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional (WNPG) tahun 2004 meliputi zat-zat gizi sebagai berikut: energi (kkal), protein (g), vitamin A (RE), vitamin D (mcg), vitamin E (mg), vitamin K (mcg), tiamin (mg), riboflavin (mg), niasin (mg), asam folat (mcg), piridoksin (mg), vitamin B12 (mcg), seng (mg), selenium (mcg), mangan (mg), dan flour (mg) WNPG 2004 juga menganjurkan kebutuhan serta makanan (dietary fiber) sebanyak 10-14 gram/1000 kkal atau 19-30 g/orang/hari, dengan rasio serat makanan tidak larut air dan serat larut air sebesar 3:1 (Almatsier 2009).
AKG disusun berdasarkan kelompok umur, gender, serta status hamil dan menyususi. AKG disusun untuk 19 golongan manusia berdasarkan umur, dan diatas 9 tahun juga berdasarkan gender, serta untuk ibu hamil dan menyusui. AKP bagi orang dewasa didasrkan pada rata-rata kebutuhan protein orang dewasa (yang berbeda menurut umur dan gender) dikalikan dengan berat badan, ditambah faktor keamanan (safe level) sebesar 24% dan dikoreksi dengan faktor mutu sebesar 1,2 (Almatsier 2009).




B. Kecukupan Gizi (recommended)
1.     Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

            Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat- zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Oleh karena itu perlu disusun angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk rata- rata penduduk yang hidup di daerah tertentu..
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala tiap lima tahun sekali.

2.     Pengertian dan Batasan Penggunaan Angka Kecukupan Gizi

Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkaan (AKG) atau Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka Kecukupan Gizi berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan Gizi adalah banyaknya zat- zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umumr, gender, aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus, AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan untuk perorangan  (Almatsier 2009).

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1.    Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk.
2.    Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok.
3.    Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga permasyarakatan.
4.    Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat; membantu para gtransmigrasin dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil.
5.    Menilai kecukupan persediaan pangan nasional.
6.    Merencanakan program penyuluhan gizi.
7.    Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8.    Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan. Biasanya dicantumkan proporsi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.

3.      Dasar Perhitungan AKG di Indonesia
Dasar Perhitungan AKG di Indonesia dilakukan dengan cara:

1)      Menetapkan berat badan patokan untuk berbagai golongan penduduk. Data diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada bebrapa kelompok dengan keadaan gizi optimal dan aktivitas sedang.
Tabel Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika Serikat.
Golongan umur
Indonesia
WHO
AS
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
5,5
8,0
12,0
18,0
24,0
-
-
16
-
25
6
9
13
20
28
Pria
10-12 tahun
13-15 tahun
16-19 tahun
20-49 tahun
≥50 tahun

30
45
56
62
62

35
48
64
65
65

45
66
72
79
77
Wanita
10-12 tahun
13-15 tahun
16-19 tahun
20-49 tahun
≥50 tahun

35
46
50
54
54

37
48
55
55
55

46
55
63
65
65

Sumber: Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.

2)      Menggunakan rujukan WHO, FAO dan Amerika Serikat. AKG disusun berdasarkan rujukan dari WHO, FAO, dan AKG Amerika Serikat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh orang Indonesia.AKG beberapa zat gizi mikro diambil langsung dari AKG Amerika Serikat karena pengaruh keragaman berat badan tidak bermakna.

4.     Status Kecukupan Gizi

a.      Konsep dan Kegunaan angka kecukupan  gizi
Pedoman atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh individu secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu terdapat konsep kebutuhan gizi minimum sehari (minimum daily requiment), yaitu jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang dalam sehari untuk hidup sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah yang dianjurkan sehari (recommended dietary allowance/RDA), yaitu standar gizi yang dianjurkan untuk dimakan agar dapat menjamin kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian RDA adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hamper setiap orang (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
            RDA disebut juga sebagai angka kecukupan gizi atau AKG. Angka kebutuhan maupun angka kecukupan gizi berguna untuk beberapa hal sebagai berikut :
1)      Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survey konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi yang diperoleh dari survey konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa disebut sebagi tingkat konsumsi.
2)      Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makan tambahan untuk anak sekolah (PMT_AS), lembaga permasyarakatan, pantisosial.
3)      Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologi sehingga untuk tingkat produksi sampai sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15%.
4)      Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan No. 7 Tahun 1996 bahwa setiap industry makanan wajib mencantumkan kandungan gizi, biasanya dalam prosentase zat gizi makanan tersebut terhadap angka kecukupannya.
5)      Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur, fisiologi dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan pangan dan gizi.

b.      Faktor Pengaruh dan Angka kebutuhan Gizi
Kebutuhan pangan dan gizi berbeda-beda antar individu, karena dipengaruhi oleh beberapa hal sebagi berikut :

1)      Tahap perkembangan, meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia. Laju pertumbuhan sebelum dan setelah lahir (pre-natal dan post-natal) serta semasa bayi (<1 tahun) adalah lebih cepat daripada tahap lainnya dari kehidupan. Setiap unit bobot tubuh pada saat bayi memerlukan zat gizi esensial lebih tinggi dibandingkan masa lainnya. Usia bayi juga paling rawan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Janin yang sehat mempunyai peluang yang baik untuk memulai kehidupan yang sehat. Dalam usia 6 bulan, bayi yang sehat berat badannya dua kali lipat dari berat sewaktu lahir. Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karenanya dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur, fospor sangat penting. Masa remaja disebut sebagi growth spurt II, dengan kisaran usia 10-19 tahun. Pertumbuhan seksual terjadi pada usia remaja. Selain itu juga tinggi dan bobotnya bertambah, system kerangka tubuh pertumbuhannya lengkap, ukuran jantung serta organ percernaan bertambah. Masa dewasa yaitu usia 20-60 tahun, baik wanita maupun pria terlibat dalam masa kerja fisik yang tinggi. Pada masa dewasa madya (40-60 tahun) aktivitas mulai menurun, angka metabolism basal (basal metabolism menurun/BMR) yang diperlukan relative rendah sehingga zat gizi lebih digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia lanjut (>60 tahun) terjadi penurunan kegiatan fisik, rentan terhadap penyakit. Zat gizi dimamfaatkan untuk mengganti/memperbaiki jaringan yang rusak. Dengan demikian kebutuhan energy menurun dan protei meningkat.

2)      Factor fisiologi tubuh, misalnya kehamilan. Pada masa ini, zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Wanita hamil yang tidak bertambah berat badannya mulai bulan ke empat hingga ke tujuh, kemungkinan akan melahirkan sebelum waktunya atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR< 2,5 kg). begitu pula selama menyusui, kebutuhan gizi lebih tinggi daripada sebelum hamil karena zat gizi diperlukan ibu untuk menghasilkan ASI.

3)      Keadaan sakit dan dalam penyembuhan. Seseorang yang menderita penyakit disertai denag demam membutuhkan lebih banyak protei. Pada masa ini akan banyak kehilangan nitrogen yang diperoleh dari perombakan protei.

4)      Aktivitas fisik yang tinggi makin bayak memerlukan energy. Pengukuran kebutuhan energy didasarkan pada pengeluaran energy dengan komponen utama angka metabolism basar (BMR) dan kegiatan fisik sesuai dengan tingkatannya (ringan,sedang, berat) pada masing-masing jenis kelamin.

5)      Ukuran tubuh ( berat dan tinggi badan ). Pada jenis kegiatan yang sama, orang yang besar menggunakan lebih banyak energy dari pada yang kecil.

c.     Penentuan Kebutuhan Kecukupan Energi
Perhitungan kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan rata-rata patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Penyesuaian perbedaan berat badan ideal dalam AKG dengan berat badan actual, dilakukan berdasarkan rumus :
Keterangan :
Berat badan actual     = berat badan berdasarkan hasil penimbangan ( kg)
Berat badan standar   = berat badan acuan yang tertera pada label angka                                                                               kebutuhan gizi
AKG                             = angka kebutuhan gizi yang dianjurkan

Cara lain untuk menentukan kebutuhan energi tanpa menggunakan AKG adalah :

1)        Teori RBW (teori berat badan relatif ) :
Keterangan :
BB        = berat badan (kg)
TB        = tinggi badan (cm)
Dimana dengan ketentuan :
a)      Kurus jika RBW < 90%
b)      Normal jika RBW = 90-100%
c)      Gemuk jika RBW > 110% atau < 120%
d)     Obesitas ringan RBW 120-130%
e)      Obesitas sedang RBW 130-140%
f)       Obesitas berat RBW > 140 %
Kebutuhan kalori ( energi ) per hari :
a)      Orang kurus BB x 40-60 kalori
b)      Orang normal BB x 30 kalori
c)      Orang gemuk BB x 20 kalori
d)     Orang obesitas (10-15) kalori

2)        Energi BMR (Basal Metabolisme Rate)

Energi BMR adalah energi minimal untuk menjalankan proses kerja atau proses faal dalam tubuh dalam kondisi resting bed ( berbaring istirahat di tempat tidur ). Rumus untuk menghiting energi basal metabolisme adalah sebagai berikut :
Keterangan :
BMR    = Energi basal selama 24 jam (kalori)
BB        = berat badan (gram)
A          = umur (tahun)

            Dengan adanya energi baku (standar energi) bagi reference man dan reference woman indonesia, maka pengukuran atau penentuan energi yang digunakan seseorang dewasa yang berumur anatara 20 sampai 39 tahun dapat dilakukan dengan :
a)      Pengukuran BMR secara langsung
Pengukuran dimaksudkan untuk mengetahui seseorang untuk mengetahui angka energi minimal atau basal yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan fisiknya mencukupi energi baku atau tidak.
b)     Pengukuran BMR secara tidak langsung
Maksud dan persyaratan pengukuran sma seperti pengukuran secara langsung. Tambahan alat yang digunakan yaitu alat pengukuran jumlah gas oksigen dan jumlah gas karbondioksida yang dihasilkan pada kerja pernafasan (respiration). Dengan menggunakan alat ini dapat diketahui data jumlah oksigen yang dikonsumsi dan karbondioksida yang dihasilakan, dan selanjutnya dapat dihitung banyaknya energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh orang yang diukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar