Kebutuhan Gizi (requirement)
Banyaknya
energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan
hidupnya serta melakukan berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Secara garis besar yang dimaksud
dengan kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi
minimal yang diperlukan seseorang
untuk hidup sehat.
Kecukupan Gizi (recommended)
Jumlah energi dan zat gizi yang
hendaknya dikonsumsi setiap hari untuk jangka waktu tertentu sebagai bagian
dari diet normal rata-rata orang sehat menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencegah terjadinya defisiensi energi.
Secara garis besar yang
dimaksud dengan kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang
agar hampir semua orang (97,5% populasi)
dapat hidup sehat
Angka Kebutuhan Gizi:
- Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh tubuh agar individu tersebut dapat hidup sehat dan produktif.
- Sudut pandang yang digunakan adalah individu
- Biasanya digunakan pada saat akan menentukan kandungan gizi dari suatu menu yang akan direkomendasikan pada orang tertentu.
- Nilainya cenderung lebih tinggi dari pada Angka Kecukupan Gizi (AKG)
- Untuk menentukan angka kecukupan gizi maka harus menggunakan tabel AKG berdasarkan WNPG 2004
Angka Kecukupan Gizi:
- Merupakan besarnya zat gizi yang diperlukan oleh individu dalam satu populasi agar seluruh populasi dapat hidup sehat.
- Sudut pandang yang digunakan adalah populasi
- Biasanya digunakan untuk mengoreksi kandungan gizi dari suatu menu dengan kebutuhan setiap individu.
- Untuk menentukan angka kebutuhan gizi harus dilakukan dengan cara rinci
A.
Kebutuhan Gizi (requirement)
Angka Kebutuhan Gizi (Nutrient Requirement) adalah jumlah zat gizi minimal
yang diperlukan seseorang/individu agar dapat hidup sehat, diantaranya untuk
mempertahankan hidup, melakukan kegiatan internal/eksternal, menunjang
pertumbuhan, melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan tubuh, basal metabolisme,
pernapasan dan evaporasi, serta pencernaan dan eksresi. Angka Kebutuhan Gizi
dipengaruhi oleh variasi kebutuhan tinggi atau rendah, antara lain faktor
genetika, sementara itu dalam AKG sudah memperhitungkan variasi kebutuhan
individu dan cadangan zat gizi dalam tubuh.
Perbedaan AKG tahun
1998 dengan AKG 2004
Beberapa
alasan kenapa AKG khususnya angka kecukupan energi dan protein harus disempurnakan
adalah 1) basisi perhitungan AKE 1998 bagi orang dewasa overestimate bagi
populasi Asia Tenggara, 2) perubahan selang dalam pengelompokan umur, dan 3)
perubahan berat badan rujukan AKG pada kelompok usia tertentu. AKE diperoleh
dari kebutuhan energi sedangkan AKP diperoleh dari kebutuhan protein ditambah
2x koefisien variasi dan koreksi dengan mutu protein makanan kecuali bagi bayi
0-6 bulan.
Dasar
perhitungan AKG tahun 2004 dilakukan dengan cara:
1. Menetapkan berat badan patokan untuk berbagai golongan
penduduk. Data diperoleh dari hasil pengumpulan data berat badan rata-rata
orang sehat menurut kelompok umur dan gender di Indonesia oleh Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada
beberapa kelompok dengan keadaan gizi optimal dan aktivitas sedang.
2. Menggunakan rujukan WHO/FAO (2002), Institute of Medicine-Food and Nutrition Board (IOM-FNB) Amerika
Serikat 1992-2002, dan International Life
Science Institute of South East Asia (ILSI-SEA), 2002. AKG untuk energi dan
protein disesuaikan dengan ukuran berat dan tinggi badan rata-rata penduduk
sehat di Indonesia (Hardinsyah dan Victor tambunan 2004 dalam Almatsier 2009).
AKG yang
ditetapkan pada Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional (WNPG) tahun 2004 meliputi
zat-zat gizi sebagai berikut: energi (kkal), protein (g), vitamin A (RE),
vitamin D (mcg), vitamin E (mg), vitamin K (mcg), tiamin (mg), riboflavin (mg),
niasin (mg), asam folat (mcg), piridoksin (mg), vitamin B12 (mcg), seng (mg),
selenium (mcg), mangan (mg), dan flour (mg) WNPG 2004 juga menganjurkan
kebutuhan serta makanan (dietary fiber)
sebanyak 10-14 gram/1000 kkal atau 19-30 g/orang/hari, dengan rasio serat
makanan tidak larut air dan serat larut air sebesar 3:1 (Almatsier 2009).
AKG disusun
berdasarkan kelompok umur, gender, serta status hamil dan menyususi. AKG
disusun untuk 19 golongan manusia berdasarkan umur, dan diatas 9 tahun juga
berdasarkan gender, serta untuk ibu hamil dan menyusui. AKP bagi orang dewasa
didasrkan pada rata-rata kebutuhan protein orang dewasa (yang berbeda menurut
umur dan gender) dikalikan dengan berat badan, ditambah faktor keamanan (safe level) sebesar 24% dan dikoreksi
dengan faktor mutu sebesar 1,2 (Almatsier 2009).
B. Kecukupan Gizi (recommended)
1.
Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan
Pangan merupakan salah satu
kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai
sumber energi dan zat- zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam jangka waktu
lama akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Oleh karena itu perlu disusun
angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang sesuai untuk rata- rata penduduk yang
hidup di daerah tertentu..
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan di
Indonesia pertama kali ditetapkan pada tahun 1968 melalui Widya Karya Pangan
dan Gizi yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
AKG ini kemudian ditinjau kembali pada tahun 1978, dan sejak itu secara berkala
tiap lima tahun sekali.
2. Pengertian dan Batasan Penggunaan Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkaan (AKG)
atau Recommended Dietary Allowances (RDA)
adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah
dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Angka
Kecukupan Gizi berbeda dengan Angka Kebutuhan Gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan Gizi adalah banyaknya
zat- zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status
gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan
berat badan untuk masing-masing kelompok umumr, gender, aktivitas fisik, dan
kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Dalam
penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat
badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka perlu dilakukan
penyesuaian. Bila berat badan kelompok penduduk tersebut dinilai terlalu kurus,
AKG dihitung berdasarkan berat badan idealnya. AKG yang dianjurkan tidak digunakan
untuk perorangan (Almatsier 2009).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan
untuk maksud-maksud sebagai berikut:
1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan
untuk penduduk atau kelompok penduduk.
2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan
ataupun kelompok.
3. Perencanaan pemberian makanan di institusi,
seperti rumah sakit, sekolah, industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti
jompo dan lembaga permasyarakatan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya
untuk keadaan darurat; membantu para gtransmigrasin dan penduduk yang ditimpa
bencana alam serta memberi makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu
hamil.
5. Menilai kecukupan persediaan pangan nasional.
6. Merencanakan program penyuluhan gizi.
7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.
8. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling
gizi pangan. Biasanya
dicantumkan proporsi AKG yang dapat dipenuhi oleh satu porsi pangan tersebut.
3.
Dasar Perhitungan AKG di Indonesia
Dasar
Perhitungan AKG di Indonesia dilakukan dengan cara:
1)
Menetapkan
berat badan patokan untuk berbagai golongan penduduk. Data diperoleh dari hasil
pengumpulan data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen
Kesehatan. Sifatnya masih terbatas pada bebrapa kelompok dengan keadaan gizi
optimal dan aktivitas sedang.
Tabel
Berat badan patokan di Indonesia, anjuran WHO dan di Amerika Serikat.
Golongan
umur
|
Indonesia
|
WHO
|
AS
|
0-6
bulan
7-12
bulan
1-3
tahun
4-6
tahun
7-9
tahun
|
5,5
8,0
12,0
18,0
24,0
|
-
-
16
-
25
|
6
9
13
20
28
|
Pria
10-12
tahun
13-15 tahun
16-19
tahun
20-49
tahun
≥50
tahun
|
30
45
56
62
62
|
35
48
64
65
65
|
45
66
72
79
77
|
Wanita
10-12
tahun
13-15
tahun
16-19
tahun
20-49
tahun
≥50
tahun
|
35
46
50
54
54
|
37
48
55
55
55
|
46
55
63
65
65
|
Sumber: Muhilal, dkk. Angka Kecukupan
Gizi yang Dianjurkan.
2) Menggunakan
rujukan WHO, FAO dan Amerika Serikat. AKG disusun berdasarkan rujukan dari WHO,
FAO, dan AKG Amerika Serikat yang disesuaikan dengan ukuran tubuh orang
Indonesia.AKG beberapa zat gizi mikro diambil langsung dari AKG Amerika Serikat
karena pengaruh keragaman berat badan tidak bermakna.
4.
Status Kecukupan
Gizi
a. Konsep dan Kegunaan
angka kecukupan gizi
Pedoman atau acuan jenis dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh individu
secara rata-rata dalam satu hari sangat diperlukan. Berkaitan dengan itu
terdapat konsep kebutuhan gizi minimum sehari (minimum daily requiment), yaitu
jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang dalam sehari untuk hidup
sehat. Selain itu, juga dikenal konsep jumlah yang dianjurkan sehari (recommended
dietary allowance/RDA), yaitu standar gizi yang dianjurkan untuk dimakan agar
dapat menjamin kesehatan yang sebaik-baiknya. Dengan demikian RDA adalah suatu
kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi hamper setiap orang (97,5%) menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh
dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
RDA disebut juga sebagai angka
kecukupan gizi atau AKG. Angka kebutuhan maupun angka kecukupan gizi berguna
untuk beberapa hal sebagai berikut :
1)
Menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survey
konsumsi pangan. Penilaian tersebut dilakukan dengan membandingkan zat gizi
yang diperoleh dari survey konsumsi terhadap angka kecukupannya, yang biasa
disebut sebagi tingkat konsumsi.
2)
Perencanaan makanan institusi secara seimbang, seperti pemberian makan tambahan
untuk anak sekolah (PMT_AS), lembaga permasyarakatan, pantisosial.
3)
Perencanaan produksi dan ketersediaan pangan wilayah. Angka kebutuhan maupun
kecukupan gizi yang dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fisiologi sehingga
untuk tingkat produksi sampai sampai konsumsi, diperkirakan sekitar 15%.
4)
Patokan label gizi pada makanan kemasan sesuai dengan UU Pangan No. 7 Tahun
1996 bahwa setiap industry makanan wajib mencantumkan kandungan gizi, biasanya
dalam prosentase zat gizi makanan tersebut terhadap angka kecukupannya.
5)
Pendidikan gizi yang dikaitkan dengan kebutuhan gizi berbagai kelompok umur,
fisiologi dan kegiatan untuk mewujudkan keluarga sadar gizi melalui gerakan
pangan dan gizi.
b. Faktor Pengaruh dan
Angka kebutuhan Gizi
Kebutuhan pangan
dan gizi berbeda-beda antar individu, karena dipengaruhi oleh beberapa hal
sebagi berikut :
1)
Tahap
perkembangan, meliputi kehidupan sebelum lahir, sewaktu bayi, masa
kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lansia. Laju pertumbuhan sebelum dan setelah
lahir (pre-natal dan post-natal) serta semasa bayi (<1 tahun) adalah lebih
cepat daripada tahap lainnya dari kehidupan. Setiap unit bobot tubuh pada saat
bayi memerlukan zat gizi esensial lebih tinggi dibandingkan masa lainnya. Usia
bayi juga paling rawan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Janin yang sehat
mempunyai peluang yang baik untuk memulai kehidupan yang sehat. Dalam usia 6
bulan, bayi yang sehat berat badannya dua kali lipat dari berat sewaktu lahir.
Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung
dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan
fisiknya meningkat. Oleh karenanya dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh,
kebutuhan gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur,
fospor sangat penting. Masa remaja disebut sebagi growth spurt II, dengan
kisaran usia 10-19 tahun. Pertumbuhan seksual terjadi pada usia remaja. Selain
itu juga tinggi dan bobotnya bertambah, system kerangka tubuh pertumbuhannya
lengkap, ukuran jantung serta organ percernaan bertambah. Masa dewasa yaitu
usia 20-60 tahun, baik wanita maupun pria terlibat dalam masa kerja fisik yang
tinggi. Pada masa dewasa madya (40-60 tahun) aktivitas mulai menurun, angka
metabolism basal (basal metabolism menurun/BMR) yang diperlukan relative rendah
sehingga zat gizi lebih digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia lanjut (>60
tahun) terjadi penurunan kegiatan fisik, rentan terhadap penyakit. Zat gizi
dimamfaatkan untuk mengganti/memperbaiki jaringan yang rusak. Dengan demikian
kebutuhan energy menurun dan protei meningkat.
2)
Factor
fisiologi tubuh, misalnya kehamilan. Pada masa ini, zat gizi diperlukan
untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin. Wanita
hamil yang tidak bertambah berat badannya mulai bulan ke empat hingga ke tujuh,
kemungkinan akan melahirkan sebelum waktunya atau melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR< 2,5 kg). begitu pula selama menyusui, kebutuhan
gizi lebih tinggi daripada sebelum hamil karena zat gizi diperlukan ibu untuk
menghasilkan ASI.
3)
Keadaan
sakit dan dalam penyembuhan. Seseorang yang menderita penyakit disertai
denag demam membutuhkan lebih banyak protei. Pada masa ini akan banyak
kehilangan nitrogen yang diperoleh dari perombakan protei.
4)
Aktivitas
fisik yang tinggi makin bayak memerlukan energy. Pengukuran kebutuhan
energy didasarkan pada pengeluaran energy dengan komponen utama angka
metabolism basar (BMR) dan kegiatan fisik sesuai dengan tingkatannya
(ringan,sedang, berat) pada masing-masing jenis kelamin.
5)
Ukuran
tubuh ( berat dan tinggi badan ). Pada jenis kegiatan yang sama, orang
yang besar menggunakan lebih banyak energy dari pada yang kecil.
c. Penentuan Kebutuhan
Kecukupan Energi
Perhitungan
kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan rata-rata patokan berat badan
untuk masing-masing kelompok umur dan jenis kelamin. Penyesuaian perbedaan
berat badan ideal dalam AKG dengan berat badan actual, dilakukan berdasarkan
rumus :
Keterangan :
Berat badan
actual = berat badan berdasarkan hasil
penimbangan ( kg)
Berat badan
standar = berat badan acuan yang tertera
pada label angka kebutuhan gizi
AKG = angka kebutuhan
gizi yang dianjurkan
Cara lain untuk
menentukan kebutuhan energi tanpa menggunakan AKG adalah :
1) Teori RBW (teori
berat badan relatif ) :
Keterangan :
BB = berat badan (kg)
TB = tinggi badan (cm)
Dimana dengan
ketentuan :
a)
Kurus jika RBW < 90%
b)
Normal jika RBW = 90-100%
c)
Gemuk jika RBW > 110% atau < 120%
d)
Obesitas ringan RBW 120-130%
e)
Obesitas sedang RBW 130-140%
f)
Obesitas berat RBW > 140 %
Kebutuhan kalori (
energi ) per hari :
a)
Orang kurus BB x 40-60 kalori
b)
Orang normal BB x 30 kalori
c)
Orang gemuk BB x 20 kalori
d)
Orang obesitas (10-15) kalori
2) Energi BMR
(Basal Metabolisme Rate)
Energi
BMR adalah energi minimal untuk menjalankan proses kerja atau proses faal dalam
tubuh dalam kondisi resting bed ( berbaring istirahat di tempat tidur ). Rumus
untuk menghiting energi basal metabolisme adalah sebagai berikut :
Keterangan :
BMR = Energi basal selama 24 jam (kalori)
BB = berat badan (gram)
A = umur (tahun)
Dengan adanya energi baku (standar
energi) bagi reference man dan reference woman indonesia, maka pengukuran atau
penentuan energi yang digunakan seseorang dewasa yang berumur anatara 20 sampai
39 tahun dapat dilakukan dengan :
a)
Pengukuran BMR secara langsung
Pengukuran
dimaksudkan untuk mengetahui seseorang untuk mengetahui angka energi minimal
atau basal yang digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan fisiknya mencukupi
energi baku atau tidak.
b) Pengukuran BMR secara tidak langsung
Maksud dan
persyaratan pengukuran sma seperti pengukuran secara langsung. Tambahan alat
yang digunakan yaitu alat pengukuran jumlah gas oksigen dan jumlah gas
karbondioksida yang dihasilkan pada kerja pernafasan (respiration). Dengan
menggunakan alat ini dapat diketahui data jumlah oksigen yang dikonsumsi dan
karbondioksida yang dihasilakan, dan selanjutnya dapat dihitung banyaknya
energi yang dihasilkan oleh proses oksidasi dalam tubuh orang yang diukur.